Tarian Sanghyang Dedari biasanya di pentaskan sesudah Sanghyang Deling. Sanghyang Deling Di Kayu Kapas Kintamani, para gadis diasapi dengan dupa dan pasepan. Mereka duduk sekitar 2 meter terpisah dengan dua orang pria yang betugas memegang tongkat yang dipasang dengan tali horizontal. Di tengah-tengah tali ini ditangguhkan dua boneka deling yang terbuat dari daun lontar dengan wajah kayu berukir. Tarian Sakral ini sempat vakum dari tahun 1990-an dan kini dibangkitkan kembali bebarengan dengan Tarian Sanghyang Dedari.Secara umum, tarian Sanghyang Dedari ini memiliki makna wujud syukur atas karunia dari Hyang Widhi atas panen yang melimpah dan bisa juga sebagai penolak bala atau malapetaka. Biasanya petani mempersembahkan tarian ini untuk menjauhkan tanaman mereka dari hama.